Saturday, 24 November 2012

rahsia 3 guni beras.


Ini adalah makanan yang tidak boleh dibeli dengan wang. Kisah ini adalah kisah nyata sebuah keluarga yang sangat miskin, yang mempunyai seorang anaklaki. Ayahnya sudah meninggal dunia, tinggallah ibu dan anak laki nya untuk saling menyokong.Ibunya bersusah payah seorang membesarkan anaknya, ketika itu kampung
tersebut belum memiliki elektrik. Saat membaca buku, sang anak tersebut diterangi sinar lampu minyak, sedangkan ibunya dengan penuh kasih menjahitkan baju untuk sang anak.

Saat memasuki musim hujan, sang anak memasuki sekolah menengah atas.
Tetapi justeru saat itulah ibunya menderita penyakit radang sendi yang parah
sehingga tidak boleh lagi bekerja di sawah.

Saat itu setiap bulan murid-murid dikehendaki membawa tiga puluh kilo beras untuk dibawa ke kantin sekolah. Sang anak faham bahawa ibuya tidak mungkin boleh memberikan tiga puluh kg beras tersebut.
Dan kemudian berkata kepada ibunya: "Mama, saya mahu berhenti sekolah dan membantu mama bekerja di sawah ". Ibunya mengusap kepala anaknya dan berkata:

"Kamu mempunyai niat seperti itu mama sudah senang sekali tetapi kamu harus tetap sekolah. Jangan risau,kalau mama sudah melahirkan kamu,pasti boleh merawat dan menjaga kamu. Cepatlah pergi daftarkan kesekolah nanti berasnya mama yang akan bawa ke sana ".

Kerana sang anak tetap berkeras tidak mahu mendaftar ke sekolah,mama nya menampar sang anak tersebut. Dan ini adalah pertama kalinya sang anak ini dipukul oleh mamanya.

Sang anak akhirnya pergi juga ke sekolah. Sang ibunya terus berfikir dan merenung dalam hati sambil melihat bayangan anaknya yang pergi menjauh.

Tak berapa lama, dengan terpincang-pincang dan nafas tergesa-gesa Ibunya datang kekantin sekolah dan menurunkan sekantong beras dari bahunya.pengawas yang bertanggung jawab menimbang beras dan membuka guni nya dan mengambil segenggam beras lalu menimbangnya dan berkata: "Kamu para
penjaga murid selalu suka mengambil keuntungan kecil, kamu lihat, disini kandungannya campuran beras dan gabah (bulir podi). Jadi kalian fikir kantin saya ini tempat pengumpulan beras campuran ". Sang ibu ini pun malu dan berkali-kali meminta maaf kepada  pengawas tersebut.

Awal Bulan berikutnya ibu memikul seguni beras dan masuk kedalam
kantin.Pengawas seperti biasanya mengambil seguni beras dari guni tersebut dan melihat. Masih dengan alis yang mengecut dan berkata: "Masih dengan beras yang sama". Pengawas itu pun berfikir, apakah kelmarin itu dia tidak berpesan dengan sang ibu tersebut, dan kemudian berkata: "Tak perduli beras apa-apa yang Ibu berikan kami akan terima tapi jenisnya harus dipisah jangan dicampur bersama, kalau tidak maka beras yang dimasak tidak bolehmatang sempurna.Selanjutnya kalau begini lagi, maka saya tidak boleh menerimanya "
.
Sang ibu sedikit takut dan berkata: "Encik, beras dirumah kami semuanya seperti ini jadi bagaimana? Pengawas itu pun tidak mahu tahu dan berkata: "Ibu mempunya berapa hektar tanah sehingga boleh menanam bermacam-macam jenis beras ". Menerima soalan seperti itu sang ibu tersebut
akhirnya tidak berani berkata apa-apa lagi.

Awal bulan ketiga, sang ibu datang kembali ke sekolah. Sang pengawas kembali marah besar dengan kata-kata kasar dan berkata: "Kamu sebagai penjaga kenapa begitu keras kepala, kenapa masih tetap membawa beras yang sama.Bawa pulang saja berasmu itu! ".Dengan berlinang air mata sang ibu pun berlutut di depan pengawas tersebut dan berkata: "Maafkan saya encik, sebenarnya beras ini saya dapat dari mengemis ". Setelah mendengar kata sang ibu, pengawas itu terkejut dan tidak boleh berkata apa-apa lagi. Sang ibu tersebut akhirnya duduk di atas lantai,menggulung seluarnya dan memperlihatkan kakinya yang sudah mengeras dan membengkak.

Sang ibu tersebut menghapuskan air mata dan berkata: "Saya menderita rematik(radang sendi) peringkat yang terakhir, bahkan untuk berjalan pun susah, apatah lagi untuk bercucuk tanam. Anakku sangat memahami keadaan saya dan mahu berhenti sekolah untuk membantuku bekerja disawah. Tapi saya melarang dan menyuruhnya bersekolah lagi. "Selama ini dia tidak memberi tahu sanak saudara yang ada di kampung sebelah. Lebih-lebih takut mencederakan harga diri anaknya.

Setiap hari pagi-pagi buta dengan poket kosong dan bantuan tongkat pergi kekampung sebelah untuk mengemis. Sampai hari sudah gelap pelan-pelan kembali kekampung sendiri. Sampai pada awal bulan semua beras yang terkumpul diserahkan ke sekolah.

Pada saat sang ibu bercerita, secara tidak sedar air mata Pengawas itupun mulai mengalir, kemudian mengangkat ibu tersebut dari lantai dan berkata:

"Makcik sekarang saya akan melapor kepada pihak sekolah, supaya bolehdiberikan sumbangan untuk keluarga ibu. "Sang ibu buru-buru menolak danberkata: "Jangan, kalau anakku tahu ibunya pergi mengemis untuk sekolah anaknya, maka itu akan menghancurkan harga dirinya. Dan itu akan mengganggu sekolahnya. Saya sangat terharu dengan kebaikan hati encik, tetapi tolong encik menjaga rahsia ini. "

Akhirnya masalah ini diketahui juga oleh pihak sekolah. Secara diam-diam pihak sekolah mengecualikan bayaran sekolah dan bayaran hidup kanak-kanak tersebut selama tiga tahun. Setelah Tiga tahun kemudian, sang anak itu lulus masuk ke Universiti qing hua dengan nilai 627 point.

Dihari perpisahan sekolah, pihak sekolah sengaja mengundang ibu dari anak ini duduk di atas tempat duduk utama. Ibu ini merasa aneh, begitu banyak murid yang mendapat nilai tinggi, tetapi mengapa hanya dia yang
diundang. Yang lebih aneh lagi di sana masih terdapat tiga beg beras.

Pengawas kantin tersebut akhirnya maju ke depan dan menceritakan kisah sang ibu ini yang mengemis beras demi anaknya bersekolah.Pihak sekolah pun menunjukkan tiga beg beras itu dengan penuh haru
dan berkata: "Inilah sang ibu dalam cerita tadi."Dan mempersilakan sang ibu tersebut yang sangat luar biasa untuk naik keatas mimbar.

Anak dari sang ibu tersebut dengan ragu-ragu melihat kebelakang dan melihat gurunya menuntun mamanya berjalan keatas mimbar. Sang ibu dan sang anak pun saling bertatapan. Pandangan mama yang hangat dan lembut kepada anaknya. Akhirnya sang anak pun memeluk dan merangkul erat mamanya dan
berkata: "Oh Mamaku ..................

Pepatah mengatakan: "Kasih ibu sepanjang masa, sepanjang zaman dan sepanjang kenangan "Inilah kasih seorang mama yang terus dan terus memberi kepada anaknya tak mengharapkan kembali dari sang anak. Hati mulia seorang mama demi menyara sang anak berkerja tak kenal lelah dengan satu harapan sang anak mendapatkan kebahagian serta berjaya dimasa depannya.

Mulai sekarang, katakanlah kepada mama di mana-mana mama kita berada dengan satu kalimat: "Terimakasih Mama .. Aku Mencintaimu, Aku Mengasihimu. ..selamanya ".

jangan menghukum tanpa tahu keadaan sebenar.



Seorang doktor sedang bergegas masuk ke dalam ruang operasi. Ayah dari anak yang akan dibedah menghampirinya "Kenapa lama sekali anda sampai ke sini? Apa anda tidak tahu, nyawa anak saya terancam jika tidak akan di operasi?! "sang ayah berkata dengan nada yang keras.

Doktor itu tersenyum, "Maaf, saya sedang tidak di Hospital tadi, tapi saya segera ke sini setelah di telefon pihak Hospital."

Lalu ia menuju ruang operasi, setelah beberapa jam ia keluar dengan senyuman di wajahnya. "انشاء الله, keadaan anak anda kini stabil." Tanpa menunggu jawapan sang ayah, doktor tersebut berkata "Jururawat akan membantu anda jika ada yang ingin anda tanyakan." Doktor tersebut berlalu.

"Kenapa doktor itu angkuh sekali? Dia kan sepatutnya memberikan penjelasan mengenai keadaan anak saya! "Sang ayah berkata pada jururawat.

Sambil menitiskan air mata jururawat menjawab, "Anak doktor tersebut meninggal dalam kemalangan petang kelmarin, ia sedang menguburkan anaknya ketika kami menelefonnya untuk melakukan operasi pada anak anda. Sekarang anak anda telah selamat, ia boleh kembali berkabung. "

Jangan pernah terburu-buru menilai seseorang!
Tapi fahami lah tiap jiwa disekeliling kita menyimpan cerita kehidupan yang tidak terbayangkan di benak kita.


what does matter do?



Are you simply a random collection of molecules that happened to come together when a certain sperm met a certain egg?  If circumstances had been different, you would not be here. You would be someone else.

Is life all that random?

Or might there be a purpose behind you?
Might you be more than a random throw of the dice?
Might there be a creation behind you just like there is a creation behind this web page?
These are the questions people ask when they consider whether or not there might be a power higher than themselves, an intelligence beyond them.
Might they actually be the product of intellect rather than chance?
And, if they are, is that intellect benevolent, indifferent, or malicious? Perhaps all three at different times?

No matter how bad your life is, there has been good in it. No matter how good your life is, there has been bad in it. Are all of these happenings random? Or was something more happening in your life that you did not see? Was there an interplay between the good and the bad so that what seemed to be good sometimes turned out to be bad and what seemed to be bad sometimes turned out to be good? 
What does life mean? Does your life matter?

Consider this. Have you recently:
Helped anyone?
Made someone laugh?
Loved someone?

Would those things have been done if you were not here?
You might ask if your life is worth anything just because you helped someone or made someone laugh. We often underestimate our value. Think of someone who helped you. What value can you assign to that person's life? Might each person be of much greater value than we realize?

Think of your computer. What is the value of each screw, circuit, wire? Remove one here or there at random and what will happen to your computer? The most insignificant item removed from the right place can shut down an entire system.

So it is with you. Imagine your life without you in it. What would not be done? Who would miss you? What would be different?

We tend to think that life just goes on when someone leaves, and it does go on, but it goes on differently than it would have gone on if that someone were present.
Maybe you don't think you have made much difference. Maybe you think that what you do is not worth much. Are you courageous enough to try something better? Do you want to do more good?

If so, you know  your life matters. It can matter even more than it does. Write down your dreams and then write down what it would take to fulfill them. Go out and make a difference in your world. Only you can do it. The future begins now.

Wednesday, 21 November 2012

mawar yang layu.



Di sebuah taman, terdapat taman bunga mawar yang sedang berbunga. Mawar-mawar itu mengeluarkan aroma yang sangat harum. Dengan warna-warni yang cantik, banyak orang yang berhenti untuk memuji sang mawar. Tidak sedikit pengunjung taman meluangkan masa untuk bergambar di depan atau di samping taman mawar. Bunga mawar memang mempunyai daya tarikan yang menawan, semua orang suka mawar, itulah salah satu lambang cinta.

Sementara itu, di sisi lain taman, ada sekelompok pokok buluh yang tampak membosankan. Dari hari ke hari, bentuk pokok buluh yang begitu saja, tidak ada bunga yang mekar atau aroma wangi yang disukai banyak orang. Tidak ada orang yang memuji pohon buluh. Tidak ada orang yang mahu bergambar di samping pohon buluh. Maka tak hairanlah jika pohon buluh selalu cemburu apabila melihat taman mawar dikerumuni banyak orang.

"Hai bunga mawar," ujar sang buluh pada suatu hari. "Tahukah kau, aku selalu ingin sepertimu. Berbunga dengan indah, mempunyai aroma yang harum, selalu dipuji cantik dan menjadi saksi cinta manusia yang indah, "lanjut sang buluh dengan nada sedih.

Mawar yang mendengar hal itu tersenyum, "Terima kasih atas pujian dan kejujuranmu, buluh," ujarnya. "Tapi tahukah kau, aku sebenarnya iri denganmu,"

Sang buluh kehairanan, dia tidak tahu apa yang membuat mawar iri dengannya. Tidak ada satu pun bahagian dari buluh yang lebih indah dari mawar. "Aneh sekali, mengapa kau iri denganku?"

"Tentu sahaja aku iri denganmu. Cuba lihat, kau punya batang yang sangat kuat, saat badai datang, kau tetap bertahan, tidak goyah sedikitpun, "ujar sang mawar. "Sedangkan aku dan teman-temanku, kami sangat rapuh, kena angin sedikit sahaja, kelopak kami akan lepas, hidup kami sangat singkat," tambah sang mawar dengan nada sedih.

Buluh baru sedar bahawa dia punya kekuatan. Kekuatan yang dia anggap biasa saja ternyata boleh mengagumkan di mata sang mawar. "Tapi mawar, kamu selalu dicari orang. Kamu selalu menjadi hiasan rumah yang cantik, atau menjadi hiasan rambut para gadis, "

Sang mawar kembali tersenyum, "Kamu benar buluh, aku sering digunakan sebagai hiasan dan dicari orang, tapi tahukah kamu, aku akan layu beberapa hari kemudian, tidak seperti kamu,"

Buluh kembali bingung, "Aku tidak mengerti,"

"Ah buluh .." ujar mawar sambil menggeleng, "Kamu tahu, manusia sering menggunakan dirimu sebagai alat untuk mengalirkan air. Kamu sangat berguna bagi tumbuhan yang lain. Dengan air yang mengalir pada tubuhmu, kamu mempunyai banyak tanaman, "lanjut sang mawar. "Aku jadi hairan, dengan manfaat sebesar itu, seharusnya kamu bahagia, bukan iri padaku,"

Buluh mengangguk, dia baru sedar bahawa selama ini, dia telah bermanfaat untuk tanaman lain. Walaupun pujian itu lebih sering ditujukan untuk mawar, sesungguhnya buluh juga mempunyai manfaat yang tidak kalah dengan bunga cantik itu. Sejak perbualan dengan mawar, sang buluh tidak lagi merenungi nasibnya, dia senang mengetahui kekuatan dan manfaat yang boleh diberikan untuk makhluk lain.

Daripada menghabiskan tenaga dengan iri pada orang lain, lebih baik bersyukur atas kemampuan diri sendiri, apatah lagi jika berguna untuk orang lain

kisah Qabil dan Habil.


KISAH QABIL DAN HABIL

Pada satu hari Nabi Adam mendapat perintah dari Allah agar dijodohkan anak-anaknya secara bersilang, iaitu Qabil dikahwinkan dengan kembar Habil dan Habil dikahwinkan dengan kembar Qabil. Qabil tidak menerima perintah dan syariat Allah itu kerana kembar Habil tidaklah secantik kembarnya.

Kemudian Allah memerintahkan agar kedua anak lelaki Nabi Adam melakukan kurban. Siapa yang kurbannya diterima akan dijodohkan dengan anak yang cantik (saudari kembar Qabil) itu. Habil memberikan kambing biri-birinya yang terbaik, mempersembahkan yang terbaik dari dirinya untuk Allah SWT. Qabil pula hanya mempersembahkan qurban yang terburuk untuk Allah SWT. Maka Allah tidak menerima qurban Qabil, Allah menerima qurban Habil. Turunlah api dari langit menyambar dan menelan kurban Habil. (Pada masa itu tanda zakat atau korban diterima ialah ia akan terbakar apabila diletakkan di padang)


Maidah [27] Dan bacakanlah (wahai Muhammad) kepada mereka kisah (mengenai) dua orang anak Adam (Habil dan Qabil) yang berlaku dengan sebenarnya, iaitu ketika mereka berdua mempersembahkan satu persembahan korban (untuk mendampingkan diri kepada Allah). Lalu diterima korban salah seorang di antaranya (Habil) dan tidak diterima (korban) dari yang lain (Qabil). Berkata (Qabil): Sesungguhnya aku akan membunuhmu!. (Habil) menjawab: Hanyasanya Allah menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa.


Pada mulanya Qabil tidak tahu bagaimana cara untuk membunuh Habil. Lalu syaitan mengajar Qabil bagaimana caranya untuk membunuh Habil.Diambilnya seekor burung lalu disembelihnya.

Setelah Qabil membunuh saudaranya ia membiarkan begitu saja mayat adiknya selama 3 hari kerana tidak tahu apa yang harus dilakukan. Kemudian Allah mengutuskan dua ekor burung gagak, keduanya berkelahi hingga akhirnya terbunuhlah salah satu di antaranya. Gagak yang masih hidup kemudian menggali tanah dengan paruh dan kakinya. Setelah selesai, dilemparkannya gagak yang sudah mati itu ke dalam lubang dan ditimbun dengan tanah. Maka, dikuburkanlah saudaranya ke dalam tanah ..

Al-Maidah [31] Kemudian Allah hantarkan seekor burung gagak (menyuruhnya) mengorek-ngorek di bumi supaya diperlihatkan kepada (Qabil) bagaimana cara menimbus mayat saudaranya. (Qabil) berkata: Wahai celakanya aku! Alangkah lemah serta bodohnya aku, aku tidak tahu berbuat seperti burung gagak ini, supaya aku dapat menimbuskan mayat saudaraku?. Kerana itu menjadilah dia dari golongan orang-orang yang menyesal.

Akhirnya Qabil melarikan diri ke Farsi (Iran). Qabil ialah orang yang pertama mengasakan pembunuhan yang tidak betul. Dia telah meletakkan asas atau ‘foundation’ kepada pembunuhan secara kejam di muka bumi ini. Dalam hadith disebut, “Siapa yang melakukan pembunuhan secara tidak betul, Qabil menanggung separuh dari dosanya” .

Ibnu Mas’ud berkata, Rasulullah s.a.w bersabda:

“Tiada suatu jiwa yang terbunuh dengan penganiayaan, melainkan putera Adam yang pertama dahulu itu, mendapat bahagian dari penumpahan darah itu, kerana ia yang pertama membuka jalan untuk penumpahan darah.”

(Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim)



KENAPA QABIL BUNUH HABIL ?


Sebuah kisah dicatatkan oleh Allah s.w.t dalam al Quran untuk menjadi pelajaran untuk umat manusia sepanjang zaman. Habil dan Qabil adalah dua beradik. Mereka berdua merupakan anak kepada nabi Allah Adam a.s.

Namun mereka berdua bergaduh bukan kerana perkara dunia tetapi kerana ibadah seorang daripada mereka diterima Allah dan seorang lagi ditolak.

Pada zaman itu Allah s.w.t menentukan peraturan dalam persembahan untuk memperdekatkan diri kepada Allah. Mengikut riwayatnya jika persembahan itu diterima Allah s.w.t, akan datang api dari langit yang akan menjilatnya.

Itulah peristiwa yang berlaku kepada Qabil dan Habil. Oleh kerana Qabil mengemukan persembahan yang disebut qurban yang tidak elok, lalu qurbannya tidak diterima Allah s.w.t. Allah s.w.t menerima persembahan Habil dan menolak persembahan Qabil. Kejadian itu menyebabkan Qabil dengki kepada Habil dan membunuhnya.

Ia bukan kerana merebut harta dunia, tetapi dengki melihat orang lain lebih maju, berkembangan dan diberkati oleh Allah dari dirinya. Lalu ia melakukan berbagai ikhtiar untuk mensabotaj kerja-kerja yang dilakukan oleh orang lain. Ini akhlak yang mewarisi akhlak datuk mereka Qabil.

Qabil sepatutnya memperbetulkan amalnya dan mengemukan amal yang berkualiti kepada Allah s.w.t supaya Allah menerima persembahannya, bukan berdengki dengan Habil dan bertindak membunuhnya.


Demikianlah sepanjang sejarah sifat orang hatinya berpenyakit, sentiasa berdengki dan berusaha memusnahkan kejayaan orang lain, bukan kembali kepada dirinya mengikhlaskan hati dan memberbaiki amalan supaya ia menjadi lebih baik dan diterima Allah.

Pengajaran yang menarik juga yang ditunjukkan dalam kisah ini ialah sikap Habil yang tidak mengikut rentak Qabil, “Kalau kamu hulur tangan untuk membunuhku, aku tidak akan menghulur tangan untuk membunuh mu”.

Kita tidak perlu menghalang orang lain untuk kita berjaya… yang betul ialah bersihkan hati daripada sebarang penyakit hasad dan perbetulkan amal kita barulah persembahan kita berkembang dan diterima Allah s.w.t.



Monday, 19 November 2012

Bab Ibtida’ (Mubtada’ dan Khabar)


Bab Ibtida’ (Mubtada’ dan Khabar)

الابْتِدَاءُ

Bab Ibtida’
DASAR-DASAR KALIMAT SUSUNAN JUMLAH ISMIYAH
  • Mubtada’ dan Khabar

مُبْتَـدَأ زَيْدٌ وَعَـــاذِرٌ خَبَـــــرْ ¤ إِنْ قُلْتَ زَيْدٌ عَاذِرٌ مَنِ اعْتَذَرْ

Adalah Mubtada’ yaitu lafadz زيد ,  dan lafazh عاذر adalah Khabar, apabila kamu mengucapkan kalimat: زيد عاذر من اعتذر. “Zaid adalah penerima alasan bagi orang yang mengemukakan alasan”
  • Mubtada’ dan Fa’il

وَأَوَّلٌ مُبْـــتَدَأ وَالْثَّـــــانِي ¤ فَاعِلٌ اغْنَى فِي أَسَارٍ ذَانِ

Kalimah yang pertama adalah Mubtada’, dan kalimah yang kedua adalah Fa’il yang mencukupi (tanpa Khabar), didalam contoh kalimat: أ سار ذان “apakah yang berjalan malam, keduanya ini?” (أ = Huruf Istifham, سار = Isim Sifat sebagai Mubtada’, ذان = sebagai Fa’il yg menempati posisi Khabar)

وَقِسْ وَكَاسْتِفْهَامٍ النَّفْيُ وَقَدْ ¤ يَجُوْزُ نَحْوُ فَائِزٌ أولُو الرَّشَدْ

Dan kiaskanlah! (untuk contoh lain serupa أ سار ذان = yakni, Mubtada’ dari Isim sifat (isim fa’il/isim maf’ul/isim musyabbah) yang diawali Istifham/kata tanya ( أ – هَلْ – كَيْفَ – مَنْ – مَا ) dan Fa’ilnya bisa isim Zhahir atau isim Dhamir). Juga seperti Istifham yaitu Nafi ( semua nafi yang pantas masuk pada isim ( مَا – لاَ – إِنْ – غَيْرُ – لَيْسَ ) dan terkadang boleh (tanpa awalan Istifham atau Nafi tapi jarang) seperti contoh lafazh: فَائِزٌ أُولُو الرَّشَدْ “Yang beruntung mereka yg mendapat petunjuk”

وَالْثَّانِ مُبْتَدَا وَذَا الْـوَصْفُ خَــبَرْ ¤ إِنْ فِي سِوَى الإِفْرَادِ طِبْقاً اسْتَقَرْ

Kalimah yg kedua adalah mubtada’ (menjadi Mubtada’ muakhkhar). Dan Isim Sifatnya ini (kalimah yg pertama) adalah Khabar (menjadi Khabar Muqaddam), apabila pada selain bentuk mufradnya ia menetapi kecocokan (yakni, sama-sama berbentuk Mutsanna atau jama’ misal: أ ساران ذان).
I’RAB MUBTADA’ DAN KHABAR

وَرَفَعُـــوا مُبْتَدَأ بالابْــتَدِا¤ كَذَاكَ رَفْعُ خَبَرٍ باْلمُبْتَدَأ

Mereka (orang arab) me-rofa’kan Mubtada’ karena sebab Ibtida’ (‘Amil secara Ma’nawi, yakni menjadikan isim sebagai Pokok/Subjek kalimat, dikedepankan sebagai sandaran bagi kalimah lain sekalipun secara Lafzhi ada di belakang (mubtada’ muakhkhar)). Demikian juga rofa’-nya Khobar disebabkan oleh Mubtada’.
KHABAR DAN BENTUK-BENTUKNYA
  • Pengertian Khabar

وَالْخَبَرُ الْجُزْء الْمُتِمُّ الْفَائِدَهْ ¤ كَاللَّه بَرُّ وَالأَيَـادِي شَـاهِدَهْ

Pengertian Khabar adalah juz/bagian penyempurna faidah, yang seperti kalimat: اللهُ بَرٌّ وَالأَيَادِي شَاهِدَةٌ “Allah adalah maha pemberi kabajikan. Dan kejadian-kejadian besar adalah sebagai saksi”.
  • Khabar Jumlah

وَمُفْــرَدَاً يَأتِي وَيَأتِـي جُــمْلَهْ ¤ حَاوِيَةً مَعْنَى الَّذِي سِيْقَتْ لَهْ

Khabar ada yang datang berbentuk Mufrad (Khabar Mufrad, tidak terdiri dari susunan kata). Dan ada yang datang berbentuk Jumlah (Khabar Jumlah, tersusun dari beberapa kata) yg mencakup ada makna mubtada’(ada Robit/pengikat antara Mubtada’ dan Khabar jumlahnya), dimana Jumlah tsb telah terhubung (sebagai khobar) bagi Mubtada’nya.

وَإِنْ تَكُـنْ إيَّـاهُ مَعْنَى اكْتَـــفَى ¤ بِهَا كَنُطْقِي اللَّهُ حَسْبِي وَكَفَى

Dan apabilah Jumlah tsb sudah berupa makna mubtada’, maka menjadi cukuplah Khabar dengannya (tanpa Robit) seperti contoh : نُطْقِى اللهُ حَسْبِي وَكَفَى “adapun ucapanku: “Allah memadai dan cukup bagiku””
  • Khabar Mufrad

وَالْمُفْــرَدُ الْجَــامِدُ فَارِغٌ وَإِنْ ¤ يُشْتَقَّ فَهْوَ ذُو ضَمِيْرٍ مُسْتَكِنّ

Adapun khabar mufrad yang terbuat dari isim jamid (isim yang tidak bisa ditashrif ishtilahi) adalah kosong (dari dhamir) dan apabila terdiri dari isim yang di-musytaq-kan (isim musytaq hasil pecahan dari tashrif istilahi) maka ia mengandung dhamir yang tersembunyi (ada dhamir mustatir kembali kepada mubtada’/sebagai robit).

وَأَبْرِزَنْهُ مُطْلَقَـاً حَيْثُ تَلاَ ¤ مَا لَيْسَ مَعْنَاهُ لَهُ مُحَصَّلاَ

Dan sungguh Bariz-kanlah! (gunakan Dhamir Bariz, bukan Mustatir) pada khabar mufrad musytaq tsb secara mutlak (baik Dhamirnya jelas tanpa kemiripan, apalagi tidak), ini sekiranya khabar tsb mengiringi mubtada’ yang mana makna khabar tidak dihasilkan untuk mubtada’ (khabar bukan makna mubtada’).
  • Khabar dari Zharaf dan Jar-Majrur

وَأَخْبَرُوَا بِظَرْفٍ أوْ بِحَرْفِ جَرّ ¤ نَاوِيْنَ مَعْنَى كَائِنٍ أَوِ اسْتَقَــرْ

Mereka (ahli Nuhat dan orang Arab) menggunakan Khabar dengan Zharaf atau Jar-Majrur, dengan niatan menyimpan makna كَائِنٍ atau اسْتَقَرْ.

وَلاَ يَكُوْنُ اسْـمُ زَمَانٍ خَبَرَا ¤ عَنْ جُثَّةٍ وَإِنْ يُفِدْ فَأَخْبِرَا

Tidak boleh ada Isim Zaman (Zharaf Zaman) dibuat Khabar untuk Mubtada’ dari Isim dzat. Dan apabila terdapat faidah, maka sungguh jadikan ia Khabar…!.
SYARAT KEBOLEHAN MUBTADA’ DARI ISIM NAKIRAH

وَلاَ يَجُوْزُ الابْتِدَا بِالْنَّكِرَهْ ¤ مَا لَمْ تُفِدْ كَعِنْدَ زَيْدٍ نَمِرَهْ

Tidak boleh menggunakan mubtada’ dengan isim Nakirah selama itu tidak ada faidah, (yakni, boleh dengan persyaratan ada faidah) seperti contoh: عِنْدَ زَيْدٍ نَمِرَةُ “adalah disisi Zaid pakaian Namirah (jenis pakaian bergaris-garis yg biasa dipakai oleh orang A’rab Badwi)” (khabarnya terdiri dari zharaf atau jar-majrur yg dikedepankan dari mubtada’nya).

وَهَلْ فَتَىً فِيْكُمْ فَمَا خِلٌّ لَنَا ¤ وَرَجُــلٌ مِنَ الْكِـرَامِ عِنْدَنَا

(dan disyaratkan juga: ) seperti contoh هَلْ فَتَىً فِيكُم “adakah seorang pemuda diantara kalian?”(diawali dengan Istifham/kata tanya), dan contoh: مَا خِلٌّ لَنَا “tidak ada teman yang menemani kami” (diawali dengan Nafi), dan contoh: رَجُلٌ مِنَ الكِرَامِ عِنْدَنَا “seorang lelaki yg mulia ada disisi kami”(disifati)

وَرَغْبَةٌ فِي الْخَيْر خَيْرٌ وَعَمَلْ ¤ بِرَ يَزِيْنُ وَلْيُقَسْ مَا لَمْ يُقَـلْ

dan contoh: رَغْبَةٌ فِي الخَيْرِ خَيْرٌ “gemar dalam kebaikan adalah baik” (mengamal), dan contoh: عَمَلُ بِرٍّ يَزِينُ “berbuat kebajikan menghiasi (hidupnya)” (mudhaf). Dan dikiaskan saja! contoh lain yang belum disebut.
PERIHAL KEBOLEHAN MENDAHULUKAN KHABAR DARI MUBTADA’

وَالأَصْلُ فِي الأَخْبَارِ أَنْ تُؤخَّرَا¤ وَجَـوَّزُوَا الْتَّقْــدِيْمَ إِذْ لاَ ضَــرَرَا

Asal penyebutan Khabar tentunya harus di-akhirkan (setelah penyebutan mubtada’), dan mereka (orang arab/ahli nahwu)  memperbolehkan mendahulukan khabar bilamana tidak ada kemudharatan (aman dari ketidakjelasan antara khabar dan mubtada’nya).
PELARANGAN MENDAHULUKAN KHABAR DARI MUBTADA’NYA
  • Sama Nakirah atau Ma’rifat

فَامْنَعْهُ حِيْنَ يَسْتَوِى الْجُزْءآنِ ¤ عُرْفَــــاً وَنُكْـــرَاً عَــادِمَيْ بَيَـــانِ

Maka cegahlah mendahulukan Khabar…!  ketika  kedua juz (khabar & mubtada’) serupa ma’rifah-nya atau nakirah-nya, dalam situasi keduanya tidak ada kejelasan. (karena dalam hal ini, pendengar atau pembaca tetap menganggap khabarlah yang dibelakang)
  • Khabar dari kalimah Fi’il atau Khabar yg di-mahshur

كَذَا إذَا مَا الْفِعْلُ كَانَ الْخَبَرَا ¤ أَوْ قُــصِدَ اسْتِعَمَــالُهُ مُنْحَصِرَا

Demikian juga dilarang khabar didahulukan, bilamana ia berupa kalimah Fi’il sebagai khabarnya (karena akan merubah susunan kalimat menjadi jumlah Fi’liyah/fi’il dan fa’il). Atau dilarang juga (menjadikan Khabar muqaddam) yaitu penggunaan khabar dengan maksud dimahshur/dipautkan (dengan اِنَّمَا atau اِلاَّ).(karena fungsi -di kurung-kan khabar adalah untuk meng-akhirkannya).
  • Khabar bagi Mubtada’ yg ber-Lam Ibtida’ atau Mubtada’ dari Isim Shadar Kalam

أَوْ كَانَ مُسْنَدَاً لِذِي لاَمِ ابْتِدَا ¤ أَوْ لاَزِم الْصَّدْرِ كَمَنْ لِي مُنْجِدَا

Atau dilarang juga (khabar didahulukan) yaitu menjadikan Khabar disandarkan pada Mubtada’ yg mempunyai lam ibtida’ (karena kedudukan Lam Ibtida’ adalah sebagai Shadar Kalam/permulaan kalimat). Atau disandarkan kepada mubtada’ yang semestinya berada di awal kalimat seperti contoh: مَنْ لِي مُنْجِدَا “siapakah sang penolong untuk ku?” (mubtada’ dari isim istifham).
KHABAR WAJIB DIDAHULUKAN DARI MUBTADA’NYA (KHABAR MUQADDAM ; MUBTADA’ MUAKHKHAR)

وَنَحْوُ عِنْدِي دِرْهَمٌ وَلِي وَطَرْ ¤ مُلتـــزَمٌ فِيـــــهِ تَقَــــدُّمُ الخَـــبَرْ

Contoh seperti عِنْدِي دِرْهَمٌ “aku punya dirham” (yakni, khabarnya terdiri dari Zharaf dan Mubtada’nya terdiri dari isim Nakirah) dan لِي وَطَرْ  “aku ada keperluan” (yakni, khabarnya terdiri dari Jar-majrur dan Mubtada’nya terdiri dari isim Nakirah) adalah diwajibkan pada contoh ini mendahulukan Khabar.

كَذَا إِذَا عَادَ عَلَيْهِ مُضْمَرُ ¤ مِمَّــا بِهِ عَنْهُ مُبِينــاً يُخْــبَرُ

Seperti itu juga wajib mendahulukan khabar, bilamana ada Dhamir yang tertuju kepada Khabar, tepatnya dhamir yang ada pada Mubtada’ yang  dikhabari oleh Khobanya, sebagai penjelasan baginya (contoh: فِي الدَّارِ صَاحِبُهَا  “penghuni rumah ada di dalam rumah”)

كَذَا إِذَا يَسْتَوْجِبُ التَّصْديرا ¤ كَـأَيْــنَ مَـنْ عَـلِمْــتَهُ نَصِــيرَا

Demikian juga wajib khabar didahulukan dari mubtada’, bila mana khabar tsb sepantasnya ditashdirkan/dijadikan pembuka kalimat. Seperti contoh: أَيْــنَ مَـنْ عَـلِمْــتَهُ نَصِــيرَا “dimanakah ia yang kamu yakini sebagai penolong?” (khabarnya terdiri dari Isim Istifham).

وَخَبَرَ الْمَحْصُورِ قَدِّمْ أبَدَا ¤ كَمَالَنَـــا إلاَّ اتِّبَـــاعُ أحْمَــدَا

Dahulukanlah…! Selamanya terhadap Khabar yang dimahshur (dengan انما atau الا ) contoh: مَالَنَا إلاَّ اتِّبَاعُ أحْمَدَا  “tidaklah kami mengikuti kecuali ikut kepada Ahmad”
PERIHAL KEBOLEHAN MEMBUANG KHABAR ATAU MUBTADA
  • contoh boleh membuang Khabar

وَحَذفُ مَا يُعْلَمُ جَائِزٌ كَمَا ¤ تَقُوْلُ زَيْدٌ بَعْدَ مَنْ عِنْدَكُمَا

Membuang suatu yang sudah dimaklumi adalah boleh,  sebagaimana kamu menjawab: زَيْدٌ “Zaid” setelah pertanyaan: مَنْ عِنْدَكُمَا “Siapakah yg bersama kalian?
  • contoh boleh membuang mubtada’

وَفِي جَوَابِ كَيْفَ زَيْدٌ قُلْ دَنِفْ ¤ فَــزَيْدٌ اسْتُغْــنِيَ عَـنْهُ إِذْ عُـرِفْ

juga didalam jawaban pertanyaan contoh: كَيْفَ زَيْدٌ “Bagaimana Zaid?”, jawab saja! دَنِفْ “Sakit“. maka dicukupkan tanpa perkataan zaid, karena sudah diketahui.
KHABAR YANG WAJIB DIBUANG

وَبَعْدَ لَوْلاَ غَالِبَاً حَذْفُ الْخَبَرْ ¤ حَتْمٌ وَفِي نَصِّ يَمِيْنٍ ذَا اسْتَقَرْ

Lazimnya setelah lafazh LAULAA, membuang khabar adalah wajib (contohnya: لولا زيدٌ لأتيتُكَ “andaikata tidak ada Zaid, sungguh aku telah mendatangimu“). Juga didalam penggunaan Mubtada’ nash sumpah, demikian ini (hukum wajib membuang khabar) tetap berlaku (contohnya: لَعَمْرُكَ لأفْعَلَنَّ “demi hidupmu… sungguh akan kukerjakan“).

وَبَعْدَ وَاوٍ عَيَّنَتْ مَفْهُوْمَ مَعْ ¤ كَمِثْلِ كُلُّ صَــانِعٍ وَمَــا صَنَــعْ

juga (tetap berlaku wajib membuang khabar) yaitu setelah Wawu yang menentukan mafhum makna Ma’a “beserta“.  sebagaimana contoh: كُلُّ صَــانِعٍ وَمَــا صَنَــعْ “Setiap yang berbuat beserta perbuatannya”.

وَقَبْلَ حَالٍ لاَ يَكُوْنُ خَبَرَا ¤ عَنِ الَّذِي خَـبَرُهُ قَدْ أُضْمِرَا

juga (tetap berlaku wajib membuang khabar) yaitu sebelum haal yang tidak bisa menjadi khobar (tapi sebagai sadda masaddal-khobar/menempati kedudukan khobar) dari mubtada’ yang khobarnya benar-benar disamarkan

كَضَرْبِيَ الْعَبْدَ مُسِيْئاً وَأَتَـمّ ¤ تَبْيِيني الْحَــقَّ مَنُـوْطَاً بِالْحِـكَمْ

Seperti contoh : “Dhorbiyal ‘Abda Masii-an” = pukulanku pada hamba bilamana ia berbuat tidak baik (yakni, mubtada’ dari isim masdar dan sesudahnya ada haal menempati kedudukan khobar) dan contoh “Atammu Tabyiiniy al-haqqa manuuthon bil-hikam” = paling finalnya penjelasanku bilamana sudah manut/sesuai dengan hukum.
KEBOLEHAN MENJADIKAN BANYAK KHOBAR DENGAN SATU MUBTADA

وَأَخْبَرُوا بِاثْنَيْنِ أَوْ بِأَكْثَرَا ¤ عَنْ وَاحِدٍ كَهُـمْ سَرَاةٌ شُعَـرَا

Mereka (ulama nuhat/orang arab) menggunakan khabar dengan dua khobar atau lebih dari satu mubtada’, contoh “Hum Saraatun Syu’aroo-un” =  mereka adalah orang-orang luhur para penyair.