Monday 1 October 2012

nilai sebentuk cincin




Seorang pemuda mendatangi Sang Guru dan bertanya;
"Guru, saya tak faham mengapa orang seperti anda mesti berpakaian seadanya, amat sangat sederhana. Bukankah di masa seperti ini berpakaian sebaik-baiknya amat diperlukan, bukan hanya untuk penampilan, tetapi juga untuk banyak tujuan lain?"

Sang Guru hanya tersenyum. Dia lalu melepaskan cincin dari salah satu jarinya lalu berkata, "Wahai orang muda, akan kujawab pertanyaanmu, tetapi terlebih dahulu lakukan satu hal untukku. Ambillah cincin ini dan bawalah ke pasar di seberang sana. Bolehkah kamu menjualnya dengan harga satu keping emas?"

Melihat cincin Sang Guru yang kotor & buruk, pemuda tadi merasa ragu. "Satu keping emas? Saya tidak yakin cincin ini boleh dijual dengan harga itu."

"Cubalah dulu, wahai orang muda. Siapa tahu kamu berjaya."

Pemuda itu pun bergegas ke pasar. Dia menawarkan cincin itu kepada pedagang kain, pedagang sayur, penjual daging dan ikan, serta kepada yang lainnya. Ternyata, tak seorang pun berani membeli dengan harga satu keping emas. Mereka menawarnya hanya satu keping perak. Tentu saja pemuda itu tidak berani menjualnya dengan harga satu keping perak. Dia kembali ke padepokan Sang Guru dan melapor, "Guru, tak seorang pun berani menawar lebih dari satu keping perak."

Sang Guru sambil tetap tersenyum arif berkata, "Sekarang pergilah kamu ke kedai emas di belakang jalan ini. Cuba perlihatkan kepada pemilik kedai atau tukang emas di sana, Jangan buka harga, dengarkan saja bagaimana ia memberikan penilaian."

Pemuda itu bergegas pergi ke kedai emas yang dimaksudkan. Dia kembali kepada Sang Guru dengan raut wajah yang lain, dan berkata, "Guru, ternyata para peniaga di pasar tidak tahu nilai sebenar cincin ini. Peniaga emas menawarnya dengan harga seribu keping emas. Rupanya nilai cincin ini seribu kali lebih tinggi daripada yang ditawar oleh para peniaga di pasar. "

Sang Guru tersenyum simpul sambil berkata;
"Itulah jawapan atas pertanyaanmu tadi wahai orang muda. Seseorang tak boleh dinilai dari pakaiannya. Hanya" para pedagang sayur, ikan dan daging di pasar "yang menilai demikian. Namun tidak bagi 'pedagang emas'."

"Emas dan permata yang ada dalam diri seseorang, hanya boleh dilihat dan dinilai jika kita mampu melihat pada kedalaman jiwa. Memerlukan kearifan untuk menjenguknya. Dan itu memerlukan proses, wahai orang muda. Kita tak boleh menilainya hanya dengan tutur kata dan sikap yang kita dengar dan lihat sekilas pandang. Kita tidak boleh menilai hanya dengan melihat penampilan, nama dan gelaran seseorang.
Seringkali yang disangka emas ternyata loyang dan yang kita lihat sebagai loyang ternyata emas. "


No comments:

Post a Comment