Saturday 1 June 2013

terung yang merubah hati.





Di Damaskus, ada sebuah mesjid besar, namanya mesjid Jami’ At-Taubah. Ia adalah sebuah masjid yang penuh keberkahan. Di dalamnya mempunyai ketenangan dan keindahan. Sejak tujuh puluh tahun, di masjid itu ada seorang sheikh pendidik yang alim dan mengamalkan ilmunya. Dia sangat fakir sehingga menjadi contoh dalam kefakirannya, dalam menahan diri dari meminta, dalam kemuliaan jiwanya dan dalam berkhidmat untuk kepentingan orang lain.

Saat itu ada pemuda yang bertempat di sebuah bilik dalam masjid. Sudah dua hari berlalu tanpa ada makanan yang dapat dimakannya. Dia tidak mempunyai makanan ataupun wang untuk membeli makanan. Saat datang hari ketiga dia merasa bahwa dia akan mati, lalu dia berfikir tentang apa yang akan dilakukan. Menurutnya, saat ini dia telah sampai pada tahap terpaksa yang membolehkannya memakan bangkai atau mencuri sekadar untuk bisa menegakkan tulang punggungnya. Itulah pendapatnya pada tahap seperti ini.

Masjid tempat dia tinggal itu, atapnya bersambung dengan atap beberapa rumah yang ada disampingnya. Hal ini memungkinkan sesorang pindah dari rumah pertama sampai terakhir dengan berjalan diatas atap rumah-rumah tersebut. Maka, dia pun naik ke atas atap masjid dan dari situ dia pindah kerumah sebelah. Di situ dia melihat orang-orang wanita, maka dia memalingkan pandangannya dan menjauh dari rumah itu. Lalu dia lihat rumah yang di sebelahnya lagi. Keadaannya sedang sepi dan dia mencium ada bau masakan berasal dari rumah itu. Rasa laparnya bangkit, seolah-olah bau masakan tersebut magnet yang menariknya.

Rumah-rumah dimasa itu banyak dibangun dengan satu lantai, maka dia melompat dari atap ke dalam serambi. Dalam sekejap dia sudah berada di dalam rumah dan dengan cepat dia masuk ke dapur lalu mengangkat tutup panci yang ada disitu. Dilihatnya sebuah terong besar dan sudah dimasak. Lalu dia ambil satu, karena rasa laparnya dia tidak lagi merasakan panasnya, digigitlah terong yang ada ditangannya dan saat itu dia mengunyah dan hendak menelannya, dia ingat dan timbul lagi kesadaran beragamanya. Langsung dia berkata, ‘A’udzu billah! Aku adalah penuntut ilmu dan tinggal di masjid , pantaskah aku masuk kerumah orang dan mencuri barang yang ada di dalamnya?’ Dia merasa bahwa ini adalah kesalahan besar, lalu dia menyesal dan beristigfar kepada Allah, kemudian mengembalikan lagi terong yang ada ditangannya. Akhirnya dia pulang kembali ketempat semula. Lalu ia masuk kedalam masjid dan mendengarkan sheikh yang saat itu sedang mengajar. Kerana terlalu lapar dia tidak dapat memahami apa yang dia dengar.

Ketika majlis itu selesai dan orang-orang sudah pulang, datanglah seorang perempuan yang menutup tubuhnya dengan hijab -saat itu memang tidak ada perempuan kecuali dia memakai hijab-, kemudian perempuan itu berbicara dengan sheikh. Sang pemuda tidak bisa mendengar apa yang sedang dibicarakannya. Akan tetapi, secara tiba-tiba sheikh itu melihat ke sekelilingnya. Tidak menoleh kea rah sesiapa pun olehnya kecuali pemuda itu, dipanggillah ia dan sheikh itu bertanya, ‘Apakah kamu sudah menikah?’, dijawab, ‘Belum,’. Sheikh itu bertanya lagi, ‘Apakah kau ingin menikah?’. Pemuda itu diam. Syeh mengulangi lagi pertanyaannya. Akhirnya pemuda itu berbicara, ‘Ya Sheikh, demi Allah! Aku tidak punya wang untuk membeli roti, bagaimana aku akan menikah?’. Sheikh itu menjawab, ‘Wanita ini datang membawa khabar, bahwa suaminya telah meninggal dan dia adalah orang asing di kota ini..bahkan di dunia ini dia tidak mempunyai siapa-siapa kecuali seorang pakcik yang sudah tua dan miskin’, kata sheikh itu sambil menunjuk seorang laki-laki yang duduk di sudut tepi masjid. Sheikh itu melanjutkan pembicaraannya, ‘Dan wanita ini telah mewarisi rumah suaminya dan hasil kehidupannya. Sekarang, dia ingin seorang laki-laki yang mahu menikahinya, agar dia tidak sendirian dan mungkin diganggu orang. Mahukah kau menikahinya? Pemuda itu menjawab ‘Ya’. Kemudian Sheikh bertanya kepada wanita itu, ‘Apakah engkau mahu menerimanya sebagai suamimu?’, ia menjawab ‘Ya’. Maka Sheikh itu mendatangkan pamannya dan dua orang saksi kemudian melangsungkan akad nikah dan membayarkan mahar untuk muridnya itu. Kemudian sheikh itu berkata, ‘peganglah tangan isterimu!’ Dipeganglah tangan isterinya dan sang isteri membawanya kerumahnya. Setelah keduanya masuk kedalam rumah, sang isteri membuka kain yang menutupi wajahnya. Tahulah  pemuda itu, bahwa dia adalah seorang wanita yang masih muda dan cantik. Rupanya pemuda itu sedar bahawa rumah itu adalah rumah yang tadi telah ia masuki.

Sang isteri bertanya, ‘Kamu ingin makan?’ ‘Ya’ jawabnya. Lalu dia membuka tutup periuk didapurnya. Saat melihat buah terung didalamnya dia berkata: ‘hairan, siapa pula yang masuk kerumah dan menggigit terung ini?!’. Maka pemuda itu  menceritakan kisahnya. Isterinya berkomentar, ‘Ini adalah buah dari sifat amanah, kau jaga kehormatanmu dan kau tinggalkan terong yang haram itu, lalu Allah berikan rumah ini semuanya berikut pemiliknya dalam keadaan halal. Barang siapa yang meninggalkan sesuatu ikhlas karena Allah, maka akan Allah ganti dengan yang lebih baik dari itu.

Wallahu a’lam

No comments:

Post a Comment