Wednesday 12 August 2015

berdebat untuk menambahkan keimanan.



Di zaman imam al-Ghazali R.hm, dizamannya itu ulama’ suka bertengkar, abad ke-6 hijriah, lebih kurang 900 tahun yang lalu. Tak tahu macam mana jika imam al-Ghazali R.hm duduk di zaman kita sekarang ini, bukan hal-hal agama berdebat, macam-macam hal diperdebatkan, dalam hal yang tiada kaitan dengan dengan perkara yang boleh menambahkan keimanan kita kepada Allah S.W.T.
Imam Syafi’e mengatakan,
ما ناظرت أحدا قط إلا وتمنيت أن يجري الله الحق على لسانه

“Saya tidak pernah berdebat dengan orang yang ingin berdebat dengan saya, melainkan saya mengharapkan Allah mengeluarkan kebenaran dari kata-katanya.”

Yakni tidak mahu dalam perdebatan itu, mengharapkan agar dirinya menang di dalam berdebat, walaupun didalam perdebatan itu, tujuan dan matlamat perdebatan itu mencari kebenaran.

 : قوله تعالى
وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ

Firman Allah S.W.T : Dan berbahaslah dengan mereka  (yang engkau serukan itu) dengan cara yang lebih baik.

Apa Allah kata, berdebatlah kamu.. bukan berdebat sahaja, tapi dengan terbaik, artinya jika kebenaran itu ada pada musuh, kita kene bersedia menerima kebenaran itu, tapi kalau kita berdebat, kita datang untuk membawa kepada kebenaran dan kita tak nak dengar hujah orang itu, bukan kita nk berdebat, tapi kita nak mewajibkan apa yang kita anggap benar, supayaorang itu boleh terima kita punya pandangan.

Ini bukan perdebatan, yang dinamakan perdebatan nak mencari kebenaran, tapi kalau nak berdebat nak menjatuhkan pandangan orang lain, ini bkn nk berdebat, ini nak bergaduh, bergaduh ideologi, bergaduh pandangan.

Seperti apa yang diperkatakan oleh imam Syafie ““Saya tidak pernah berdebat dengan orang yang ingin berdebat dengan saya, melainkan saya mengharapkan Allah mengeluarkan kebenaran dari kata-katanya.” Tujuannya apa? Ketelusan mencari kebenaran.

Kata imam as-Syafi’e lagi :

رأي صواب يحتمل الخطأ،ورأي غيري خطأ يحتمل الصواب

“Kebenaran yang saya anggap benar, mungkin saja tidak benar di mata orang lain, pandangan yang tak benar bagi orang lain, mungkin itu pandangan yang benar”.

Tak ada satu kebenaran yang mutlak ada pada kita, berlaku di zaman kita sekarang, adalah anggapan, dirinya paling benar, apa yang dilakukan? Orang lain salah, “haza syirik, ini bid’ah, ini benda yang tak dibuat oleh Rasulullah S.A.W”, pasal apa? Kerana menganggap dirinya paling benar, dan orang lain salah.

Permulaannya daripada mana? Permulaannya daripada menganggap diri mereka benar. Cuba pegang konsep “kebenaran” imam Syafi’e itu, “Kebenaran yang ada pada kita, mungkin salah. Salah yang ada pada orang lain, mungkin benar”. Jika begitu, kita agak reda sedikit, tak mewajibkan apa yang kita pandang itu benar dan orang lain akan anggap perkara itu benar juga.

الله اعلم

No comments:

Post a Comment